Teori
Kritis
Adanya ilmu Hubungan Internasional
dengan banyak teori yang mendasari di dalamnya membuat sebuah perdebatan
dikarenakan adanya kekurangan dan kelebihan dari masing-massing teori tersebut.
Setelah sebelumnya membahas mengenai Liberal, Realis, dan Marxisme kali ini
Teori Kritis hadir dalam bentuk sebuah kritikan terhadap teori sebelumnya.
Teori Kritis merupakan suatu metodlogi yang digunakan dalam mengkritik berbagai
hal yang bertujuan untuk memperluas cakupan dalam dtudi Hubungan Internasional.
Sejak kemunculannya pada awal tahun 1980-an teori bukan hanya berfokus pada
ruang lingkup politik saja, karena selama keberadaannya di dalam studi hubungan
internasional teori ini bukan hanya membahas mengenai fenomena-fenomena namun
juga terlihat ada poin-poin distinct
dalam studi hubungan internasional(Wardhani 2013)
Terdapat tiga kontribusi yang
diberikan oleh Toeri Kritis untuk studi hubungan internasional yaitu, dalam
menganalisa sosiologi historis terhadap struktur politik dunia modern, lalu
kritik filosofis terhadap partikularisme dan eksklusi dan yang terkahir adalah
adanya penyelidikan filosofis kedalam suatu kondisi yang memungkinkan
terjadinya emansipasi dalam politik dunia. Tujuan yang diajukan oleh Teori
Kritis adalah untuk menanggulangi Negara berdaulat dan menstabilkan politik
dunia paska kedaulatan (Burchill & Linklater,2009).
Contoh kasus yang coba di analisa
oleh Teori Kritis adalah sebuah konser yang diadakan oleh Lady Gaga pada Juni
2012 lalu, dimana konser tersebut menuai protes dari banyak pihak terutama dari
organisasi masyarakat seperti FPI(Front Pembela Islam) dan MUI(Majelis Ulama
Indonesia) yang dianggap tidak memberikan manfaat bagi banyak orang dan dirasa
dapat merusak moral bangsa karena terdapat perbedaan budaya antara Lady Gaga
dan masyarakat Indonesia sendiri sehingga pihak kepolisian Polda Metro Jaya
tidak memberikan izin terhadap konser tersebut.
Kasus tersebut memang syarat akan
keterlibatan agama didalamnya, banyak pihak yang menghubungkan hal ini dengan
agama dan moral bangsa. Peran media dalam kasus ini adalah dengan membuka lahan
dialog antar pihak yang terlibat didalamnya, sehingga peran media massa
terkesan menentang Otoritas keberadaan elite yang berkuasa, dan hal inilah yang
digadang-gadang menjadi tujuan dari Teori Kritis dari pihak media itu sendiri.
Kasus ini sudah memasuki ranah media
massa internasional seperti CNN, ABC, BBC News, dan TIME dimana berita mengenai
Pembatalan Konser Lady Gaga tersebut. Adapun kalangan DPR turun tangan dalam
menangani kasus ini dengan memanggil pihak Polda Metro Jaya untuk dimintai
keterangan perihal kasus tersebut. Dalam hal ini lah media massa sangat besar
dalam perannya, seperti mengontrol dalam mengontrol arus komunikasi antara
massyarakat dan para petinggi negeri.
Dalam hal ini, Teori Kritis dalam
memberikan perhatian pada alat-alat komunikasi dalam masyarakat sangat besar,
diharapkan dalam menggunakan Teori Kritis terhadap media arus media dan
berita-berita yang disampaikan ke masyarakat lebih sehat dan bermanfaat dan tidak
ada keterpihakan terhadap satu pihak terutama yang memiliki pengaruh, dan juga
tidak adanya propaganda yang diciptakan oleh media massa.
Kesimpulannya, bagaimana Teori
Kritis ini mampu dijadikan teori yang dapat mengkritik teori-teori yang sudah
ada sebelumnya dapat dilihat dari teori ini memposisikan terhadap teori yang
dikritik, baik dalam bentuk penjelasan ketidaksempurnaan teori sebelumnya
maupun penambahan dari kurangnya sebuah teori lmpau. Sehingga hal inilah yang
menjadikan Teori Kritis sebagai teori yang bebas akan nilai. Walaupun teori ini
di adopsi namun terdapat relevansi dengan ilmu hubungan internasional yang
dirasa mampu membawa kearah perubahan yang signifikan terhadap fenomena dalam
hubungan internasional dan politik global. Bukan hanya itu, kaitannya dalam
kasus ini, Teori Kritis terhadap media juga memiliki pengaruh yang besar dalam
menjaga stabilitas informasi yang terjadi pada media massa.