Minggu, 22 November 2015

Penejelasan Liberalisme terkait Konflik Laut China Selatan

Penejelasan Liberalisme terkait Konflik Laut China Selatan
            Perspektif yang telah lama ditemukan berdampingan dengan Realis yaitu Liberal juga biasa digunakan untuk menempatkan sebuah preposisi yang digunakan dalam sebuah studi kasus. Liberal tidak pernah lepas dengan Realis, dalam memandang sebuah permasalahan jika Realis dilihat dari sisi kiri maka Liberal akan berbicara melalui sisi kanan dimana manusia memiliki banyak kepentingan dengan sumber-sumber yang terbatas sehingga membutuhkan peran manusia lain yang tujuannya adalah untuk mencapai kepentingan yang diidamkan.
            Liberal menyadari bahwa pencapaian kepentingan yang dilakukan oleh Negara-negara tentunya akan memunculkan interaksi dimana merupakan sebuah system yang anarki. Namun, anarki tersebut bisa diatasi melalui usaha yang sekiranya bisa membuat dunia menjadi lebih tidak anarkis. Hal tersebut adalah dengan mengadakan sebuh kerjasama oleh Negara-negara yang saling membutuhkan dalam pencapaian tujuan, sehingga manfaat yang maksimal akan terasa oleh pihak yang melakukan kerjasama, dan juga kerjasama dirasa sangat relevan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Jika realis menganggap perang adalah “senjata” utama, maka liberal sangat tidak mencita-citakan sebuah perang karena dirasa hanya memberikan keuntungan bagi salah satu pihak dan akan terjadi kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan.
             Kerangka berpikir Liberalis dalam mengaitkan sebuah kasus sepeti kasus yang dapat dikatakan belum ada penyelesaian sampai saat ini yaitu Konflik Laut China Selatan tidak mengelak bahwa akan adanya benturan kepentingan oleh lima Negara yang terlibat didalamnya seperti China, Vietnam, Philipina, Malaysia dan Brunei, konflik didasari pada perebutan wilayah perairan Laut China Selatan yang merupakan jalur perdagangan internasional dengan sumber daya yang melimpah terkandung didalamnya. Bagi Libelar, aksi China yang menggunakan kekuatan militer untuk mengatasi benturan kepentingan tersebut tidak bisa ditolerir oleh Liberal, karena Liberal percaya melalui perundingan atau dialog antar Negara dapat menuju kearah kerjasama yang mengutungkan semua pihak yang terlibat.
            Pandangan Liberalisme terhadap pengklaiman yang dilakukan China dirasa merupakan kesalah pahaman, karena Liberal percaya bahwa peran Hukum Internasional yang mengatur batas-batas dari wilayah perairan sebuah Negara sudah efektif dalam menggambarkan bagaimana hak milih wilayah seharusnya. Terhadap empat Negara selain China yaitu Vietnam,Philipina,Malaysia, dan Brunei sebaiknya tidak melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan China yaitu menggunakan kekerasan, sebaliknya mereka perlu memulai proses perundingan dengan China untuk meluruskan masalah yang menjadi kesalahpahaman selama ini. Liberal sangat mendukung usaha Indonesia yang ingin menyatukan Philipina, Malaysia, Brunei, dan Vietnam dibawah ASEAN agar lebih mudah untuk bertemu dengan China.
            Langkah kongkret yang ditawarkan oleh Liberalisme adalah memunculkan pihak ketiga yaitu PBB dan membawa kasus tersebut ke dalam Sidang Majelis Umum, agar masyarakat internasional dapat memberikan saran dan solusi terkait konflik tersebut. Lebih lanjut dalam membuat keputusan yang mengikat, maka Negara-negara yang berselisih disarankan untuk mebawa kasusnya ke Mahkamah Internasional Kelautan, sehingga dapat terselesaikan melaui jalur hukum. Salah satu instrument yang paling obyektif dan telah terlaksana yaitu United Nations Convention the Sea(UNCLOS) bagi Liberal merupaka hal yang tepat dalam kasus ini karena didalamnya telah diatur pembagian batas tegas wilayah teritori kelautan Negara. Keputusan yang dilakukan berdasarkan penilaian UNCLOS dan hasil persidangan ditemukan keuntungan yang dirasakan oleh semua pihak dan keputusan tersebut bersifat mengikat. Liberalism menganggap langkah Philipina yang memiliki tekad untuk membawa konflik ini ke Mahkamah Internasional sangat mendapat dukungan, dan dapat terselesaikan melalui UNCLOS.


            Dari pemaparan singkat mengenai Perspektif Liberal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, Liberal pada prakteknya bertolak belakang dengan Realis. Perspektif Realis menyatakan bahwa manusia pada dasarnya adalah jahat  namun disisi lain Liberal mengatakan tidak selamanya manusia adalah jahat. Karena pada dasarnya manusia pun memiliki sifat saling membutuhkan satu sama lain sehingga membentuk sebuah kerjasama untuk mencapai kepentingan masing-masing pihak. Jika pada Realis power adalah alat dalam mencapai kepentingan dan perdamaian, maka liberal menekankan pada interdepensi antar Negara serta adanya kerjasama yang membuat Negara-negara akan berfikir dua kali untuk melakukan konflik dengan Negara lain mengingat kembali dengan rasa saling membutuhkan yaitu kepentingan itu sendiri.
            Dari perspektif yang dimiliki oleh Liberal dalam penjelasan Konflik Laut China Selatan dapat dikatakan bertentangan dengan logika umum kebanyakan orang, hal ini dikarenakan Liberal berharap China untuk tidak menggunakan kekerasan dalam penyelasaian masalah kendati China memiliki kekuatan dalam bidang militer. Namun, bukan berarti pula dalam pemikirannya Liberal tidak sesuai dengan kenyataan atau utopis menurut Realis, dalam kasus ini Liberal berusaha untuk membuat menjadi lebih baik dan dalam peneylesaian masalah sama sekali tidak anarki sehingga Negara-negara dapat menyelesaikan masalah, konflik atau segala sesuatunya melalui kerjasama atau hukum internasional yang berlaku sesuai dengan kesepakatan bersama.



           

           


2 komentar:

  1. The casino site! Online Slots - LuckyClub
    All of our luckyclub.live games at LuckyClub online casino will work as well. Slots, blackjack, poker, roulette, blackjack, and baccarat will be played in pairs.

    BalasHapus
  2. The 5 Best Casinos in Las Vegas - Mapyro
    Best Las 이천 출장안마 Vegas Casinos · 1. The Mirage Hotel & Casino · 2. The Wynn Hotel & Casino · 토토 사이트 3. The 서귀포 출장샵 Venetian Resort · 4. The Wynn 성남 출장안마 Las 부산광역 출장샵 Vegas

    BalasHapus