Penejelasan Liberalisme terkait
Konflik Laut China Selatan
Perspektif yang telah lama ditemukan
berdampingan dengan Realis yaitu Liberal juga biasa digunakan untuk menempatkan
sebuah preposisi yang digunakan dalam sebuah studi kasus. Liberal tidak pernah
lepas dengan Realis, dalam memandang sebuah permasalahan jika Realis dilihat
dari sisi kiri maka Liberal akan berbicara melalui sisi kanan dimana manusia
memiliki banyak kepentingan dengan sumber-sumber yang terbatas sehingga
membutuhkan peran manusia lain yang tujuannya adalah untuk mencapai kepentingan
yang diidamkan.
Liberal menyadari bahwa pencapaian
kepentingan yang dilakukan oleh Negara-negara tentunya akan memunculkan
interaksi dimana merupakan sebuah system yang anarki. Namun, anarki tersebut
bisa diatasi melalui usaha yang sekiranya bisa membuat dunia menjadi lebih
tidak anarkis. Hal tersebut adalah dengan mengadakan sebuh kerjasama oleh
Negara-negara yang saling membutuhkan dalam pencapaian tujuan, sehingga manfaat
yang maksimal akan terasa oleh pihak yang melakukan kerjasama, dan juga
kerjasama dirasa sangat relevan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Jika realis
menganggap perang adalah “senjata” utama, maka liberal sangat tidak
mencita-citakan sebuah perang karena dirasa hanya memberikan keuntungan bagi
salah satu pihak dan akan terjadi kemerosotan nilai-nilai kemanusiaan.
Kerangka berpikir Liberalis dalam mengaitkan
sebuah kasus sepeti kasus yang dapat dikatakan belum ada penyelesaian sampai
saat ini yaitu Konflik Laut China Selatan tidak mengelak bahwa akan adanya
benturan kepentingan oleh lima Negara yang terlibat didalamnya seperti China,
Vietnam, Philipina, Malaysia dan Brunei, konflik didasari pada perebutan
wilayah perairan Laut China Selatan yang merupakan jalur perdagangan
internasional dengan sumber daya yang melimpah terkandung didalamnya. Bagi
Libelar, aksi China yang menggunakan kekuatan militer untuk mengatasi benturan
kepentingan tersebut tidak bisa ditolerir oleh Liberal, karena Liberal percaya
melalui perundingan atau dialog antar Negara dapat menuju kearah kerjasama yang
mengutungkan semua pihak yang terlibat.
Pandangan Liberalisme terhadap
pengklaiman yang dilakukan China dirasa merupakan kesalah pahaman, karena
Liberal percaya bahwa peran Hukum Internasional yang mengatur batas-batas dari
wilayah perairan sebuah Negara sudah efektif dalam menggambarkan bagaimana hak
milih wilayah seharusnya. Terhadap empat Negara selain China yaitu
Vietnam,Philipina,Malaysia, dan Brunei sebaiknya tidak melakukan hal yang sama
seperti yang dilakukan China yaitu menggunakan kekerasan, sebaliknya mereka
perlu memulai proses perundingan dengan China untuk meluruskan masalah yang
menjadi kesalahpahaman selama ini. Liberal sangat mendukung usaha Indonesia
yang ingin menyatukan Philipina, Malaysia, Brunei, dan Vietnam dibawah ASEAN
agar lebih mudah untuk bertemu dengan China.
Langkah kongkret yang ditawarkan
oleh Liberalisme adalah memunculkan pihak ketiga yaitu PBB dan membawa kasus
tersebut ke dalam Sidang Majelis Umum, agar masyarakat internasional dapat
memberikan saran dan solusi terkait konflik tersebut. Lebih lanjut dalam
membuat keputusan yang mengikat, maka Negara-negara yang berselisih disarankan
untuk mebawa kasusnya ke Mahkamah Internasional Kelautan, sehingga dapat
terselesaikan melaui jalur hukum. Salah satu instrument yang paling obyektif
dan telah terlaksana yaitu United Nations Convention the Sea(UNCLOS) bagi
Liberal merupaka hal yang tepat dalam kasus ini karena didalamnya telah diatur
pembagian batas tegas wilayah teritori kelautan Negara. Keputusan yang
dilakukan berdasarkan penilaian UNCLOS dan hasil persidangan ditemukan
keuntungan yang dirasakan oleh semua pihak dan keputusan tersebut bersifat
mengikat. Liberalism menganggap langkah Philipina yang memiliki tekad untuk
membawa konflik ini ke Mahkamah Internasional sangat mendapat dukungan, dan
dapat terselesaikan melalui UNCLOS.
Dari pemaparan singkat mengenai
Perspektif Liberal diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, Liberal pada
prakteknya bertolak belakang dengan Realis. Perspektif Realis menyatakan bahwa
manusia pada dasarnya adalah jahat namun
disisi lain Liberal mengatakan tidak selamanya manusia adalah jahat. Karena
pada dasarnya manusia pun memiliki sifat saling membutuhkan satu sama lain
sehingga membentuk sebuah kerjasama untuk mencapai kepentingan masing-masing
pihak. Jika pada Realis power adalah alat dalam mencapai kepentingan dan
perdamaian, maka liberal menekankan pada interdepensi antar Negara serta adanya
kerjasama yang membuat Negara-negara akan berfikir dua kali untuk melakukan
konflik dengan Negara lain mengingat kembali dengan rasa saling membutuhkan
yaitu kepentingan itu sendiri.
Dari perspektif yang dimiliki oleh
Liberal dalam penjelasan Konflik Laut China Selatan dapat dikatakan
bertentangan dengan logika umum kebanyakan orang, hal ini dikarenakan Liberal
berharap China untuk tidak menggunakan kekerasan dalam penyelasaian masalah
kendati China memiliki kekuatan dalam bidang militer. Namun, bukan berarti pula
dalam pemikirannya Liberal tidak sesuai dengan kenyataan atau utopis menurut
Realis, dalam kasus ini Liberal berusaha untuk membuat menjadi lebih baik dan
dalam peneylesaian masalah sama sekali tidak anarki sehingga Negara-negara
dapat menyelesaikan masalah, konflik atau segala sesuatunya melalui kerjasama
atau hukum internasional yang berlaku sesuai dengan kesepakatan bersama.
The casino site! Online Slots - LuckyClub
BalasHapusAll of our luckyclub.live games at LuckyClub online casino will work as well. Slots, blackjack, poker, roulette, blackjack, and baccarat will be played in pairs.
The 5 Best Casinos in Las Vegas - Mapyro
BalasHapusBest Las 이천 출장안마 Vegas Casinos · 1. The Mirage Hotel & Casino · 2. The Wynn Hotel & Casino · 토토 사이트 3. The 서귀포 출장샵 Venetian Resort · 4. The Wynn 성남 출장안마 Las 부산광역 출장샵 Vegas